Strategi ala elit politik


Beberapa waktu ada tetangga yang ngetuk pintu, nyuruh saya buwat datang ke rumahnya. Ada hal penting yang katanya bisa membuat harapan saya dalam bidang pendidikan yang saya tekuni bisa lebih cerah.

Saya pikir ini pasti mau ditawarin ngajar atau mungkin ada lowongan les privat, makanya langsung cabut ke sana dengan perasaan penasaran.

Sampai disana ada seorang lelaki dengan memakai jaket kulit berwarna hitam lantas saya masuk dan menyalami orang tersebut kemudian duduk. Saya penasaran siapa nie orang, karena baru kali ini ketemu.

Saya pikir ini pasti seorang guru atau kepala sekolah yang lagi nyari guru buwat ngajar di sekolahnya. Lumayan jika bisa dapat tambahan kerja lagi, pikir saya.

Kemudian orang tersebut mengenalkan diri, lalu mulailah kami berbincang-bincang.

“pada intinya calon kami ini akan berusaha memberi wacana untuk diajukan ke pusat agar guru honorer bisa dapat gaji yang lebih bagus”.kata lelaki tersebut..

Tentu anda dapat menebak bahwa nie orang adalah elit politik yang cari dukungan. Kata-kata mereka amatlah manis, yang memberi harapan yang besar kepada kita. Biasanya orang awam akan mudah terbujuk, dan akhirnya loyal sama mereka.

Ketika anda sering bertemu mereka, anda akan tahu karakter orang-orang seperti ini, yang akan membuka wawasan anda terhadap politik di negara ini. Anda akan memahami bagaimana cara mereka berbicara dan bertindak.

Para elit polittik ini dimasa kampanye seperti produk musiman, yang berusaha memenuhi barang hanya ketika musim itu berlangsung. Ketika masanya sudah selesai, maka mereka akan menghilang begitu saja, begitupun dengan janji-janji yang mereka ucapkan.

Saya sama sekali tak tertarik dengan politik, bukan karena alasan apapun, hanya karena tak suka. Tapi entah kenapa setiap ada pilihan, saya selalu saja dipanggil para elit politik ini buwat nyari dukungan. Mungkin karena saya adalah lulusan sarjana atau  karena saya masih muda yang berarti masih polos dan bisa nurut kehendak mereka.

Karena karakter saya yang gak gampang percaya, saya hanya mengangguk mencoba memahami apa yang mereka bicarakan. Dan saya berpura-pura percaya. Aslinya saya gak ngerti, yang saya tahu dari semua panjang lebar yang mereka utarakan pada intinya adalah mereka nyuruh saya buwat nyari pendukung. Titik, hanya point itu saja yang saya pahami.

Bahasa elit politik itu bikin pusing karena penuh kosa kata asing yang muter-muter kagak jelas. Dari pada pusing mikirin itu saya hanya berusaha seolah memahami, padahal aslinya tidak. Karena saya tipe orang yang berusaha menghargai orang lain.

Mereka dan janji mereka hanya saya anggap sebagai buah mangga. Hadir hanya pada musimnya, lantas kemudian hilang begitu saja ketika musim berganti. Jadi saya gak mau terlena dengan musim sesaat.
Lebih baik mikir masa depan, daripada nurutin keinginan orang. Titik.


.

Tidak ada komentar untuk "Strategi ala elit politik"